Kamis, 24 Maret 2011

300 pekerja sukarelawan yang bertugas mengendalikan krisis nuklir PLTN Fukushima tidak lama lagi akan mendapatkan tenaga bantuan dari dua unit robot yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.




Monirobo, nama yang merupakan kependekan dari monitoring robot, didesain dengan tujuan untuk menggantikan tugas manusia pada level radiasi yang tidak mungkin ditanggung oleh tubuh manusia. Pengembangan pertamanya dilakukan oleh Pusat Teknologi Keselamatan Nuklir Jepang setelah kecelakaan yang terjadi pada PLTN Tokaimura di tahun 1999.



Dua unit robot, yang namanya disesuaikan dengan warna catnya yaitu Red Monirobo dan Yellow Monirobo, dilengkapi dengan berbagai peralatan pendukung operasional di lapangan, yaitu sensor radiasi, suhu, kelembaban, gas mudah terbakar serta kamera 3D.



Selain itu robot setinggi 1,5 meter, layaknya robot biasa, juga dilengkapi dengan lengan yang berfungsi untuk mengambil sampel debu dan menyingkirkan halangan di depannya ketika Monirobo melaju dengan kecepatan maksimal 2,4 kilometer per jam.



Memasuki area dengan tingkat radiasi nuklir yang tinggi bukanlah hal mudah bagi robot. Pada tingkat radiasi yang tinggi, berbagai gelombang radioaktif seperti gamma akan merusak perangkat elektronik. Karenanya, untuk melindungi komponen dan perangkat elektronik. robot tersebut dibungkus dengan pelindung yang menambah berat totalnya menjadi 600 kilogram.



Satoshi Tadokoro, seorang pakar robot penyelamat dan sekaligus anggota International Rescue Systems Institute mengatakan bahwa sebenarnya beberapa model robot telah dikembangkan setelah kecelakaan di PLTN Tokaimura, tetapi satupun belum digunakan. Tidak adanya robot yang digunakan di PLTN karena adanya pernyataan dari industri nuklir bahwa PLTN yang mereka bangun dijamin keamanannya.



Sekarang terbukti bahwa tidak ada satupun yang aman di atas dunia ini dan peralatan alternatif pengganti manusia di daerah berbahaya sangat diperlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar